Petani OKU Timur Menjerit Akibat Harga Gabah Terjun Bebas
OKU TIMUR, TRIBUNMURA--Petani Belitang Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan menjerit dan mengeluhkan harga gabah di tingkat petani terjun bebas anjlok pada kisaran Rp.4000 hingga Rp.4200 perkilogram pertanggal 2 April 2024.
Harga gabah basah yang pada awal musim panen seminggu lalu masih di kisaran Rp 6500- Rp7000 perkilogram tetapi saat ini harganya anjlok hanya Rp 4000- Rp 4200 perkilogram.
Sedangkan harga beras di pabrik penggilingan padi hanya kisaran Rp 9500- Rp 10.500. perkilogram.
Namun harga beras eceran di warung dan pasar tradisional masih tinggi mencapai Rp 13.000-Rp 14.000 perkilogram.
Harga tersebut untuk gabah dengan kwalitas yang di panen dengan mesin "Combine" atau masyarakat populer menyebutnya Combet.
Sedangkan untuk gabah yang di proses dengan mesin "tleser" harganya lebih rendah hingga selisih Rp.200 perkilogram.
Ironis memang,kondisi fakta harga beras yang pada akhir bulan Februari hingga Maret pasca pemilu mencapai harga Rp 16.000-Rp 18.000 dan merupakan pencapaian harga tertinggi sepanjang sejarah, sayangnya harga tersebut tidak dapat di nikmati oleh petani OKU Timur ketika panen raya.
Sangat di sayangkan, di saat semua harga barang pokok naik akibat situasi memasuki bulan puasa dan lebaran Idul Fitri, justru sebaliknya nasib petani sawah di hadapkan pada kondisi harga gabah yang hancur di tingkat petani.
Suyadi (45) salah seorang petani di desa Karang Jaya Kecamatan Belitang 2 ,OKU Timur, mengungkapkan kekecewaannya terhadap merosotnya harga gabah di tingkat petani pada musim panen tahun ini.
Menurut Suyadi "Pada seminggu lalu harga gabah basah dari sawah masih mencapai Rp 6200 perkilogram, tetapi saat ini turun hingga selisih Rp 2000 perkilogram, harga hanya mencapai Rp.4200 perkilogram dan dikawatirkan akan terus turun" Jelasnya.
Penyebab menurunnya harga gabah di tingkat petani untuk daerah Belitang dan sekitarnya di duga karena terjadi musim panen serentak di semua daerah, sehingga stock gabah melimpah.
Ditambah lagi saat ini masyarakat lagi butuh duit untuk persiapan keperluan menyambut lebaran Idul Fitri. Sehingga semua petani memilih untuk menjual hasil panen dalam kondisi gabah basah di banding memproses menjemur dan menggiling menjadi beras.
Selain harga gabah yang anjlok murah, petani juga kesulitan menemukan pembeli karena pedagang pemilik pabrik besar yang biasa menampung hasil panen petani saat ini tidak membeli gabah.
Sedangkan kondisi gudang penampungan gabah baik di Belitang dan Jamantras Lempuing OKI,serta Lampung juga sudah over load kelebihan daya tampung.
Bahkan situasi antrian truk pengangkut gabah di gudang sampai dua hari belum mendapatkan giliran untuk pembongkaran.hal tersebut di picu karena membludak mendekati hari lebaran pihak gudang akan tutup.
Nasib petani sawah semakin terpuruk dan mengalami kerugian akibat kejadian ini.
Masih menurut Suyadi, "Padahal biaya modal untuk produksi padi sangat tinggi, dari mulai pengolahan lahan, biaya pemupukan dan biaya pengobatan pertanian serta perawatan hingga proses panen memerlukan biaya yang besar, dan serba mahal" jelasnya.
"Namun ketika musim panen ,petani dihadapkan pada harga gabah dan beras yang murah ,tidak memadai dengan biaya modal untuk menggarap sawah, maka petani sekalipun panen tetap akan merugi" imbuh Yadi.
Senada dengan Suyadi, Salah satu petani di Desa Ganti Warno BK 12 Kecamatan Belitang 3 OKU Timur, Sukidi (53) juga mengeluhkan harga gabah yang hanya Rp 4000 perkilogram di tempatnya.Untuk menyiasati kondisi tersebut Sukidi membawa pulang hasil panennya untuk di jemur sendiri dan kemudian di simpan.Dengan harapan nanti jika harga beras sudah membaik standar baru akan di proses di giling beras.
Sementara itu, Para petani yang belum sempat panen saat ini juga mencemaskan harga gabah saat nanti jika panen habis perayaan lebaran.
Apakah akan ada kenaikan harga atau tetap seperti harga saat ini.
Menanggapi kondisi harga beras yang terus merosot, petani Belitang Kabupaten OKU Timur yang sejak dahulu terkenal dengan sentra lumbung padi Sumatera Selatan dan Nasional, berharap kepada pemerintah daerah dan instansi terkait untuk memikirkan kesejahteraan nasib petani agar pemerintah dapat menjaga dan mengawasi pengelolaan perdagangan hasil pertanian dengan serius.
Petani berharap agar harga gabah dan beras lebih memadai dapat menguntungkan bagi pihak petani.
Diharapkan peran pemerintah tidak hanya sekedar memberikan penyuluhan pada peningkatan hasil produksi panen saja, tetapi juga meningkatkan penanganan pengelolaan dan pengawasan harga di saat panen dengan menjamin harga yang sepadan sehingga tidak merugikan petani.
Pengelolaan perdagangan hasil pertanian harus di awasi serius dan tidak diserahkan mekanismenya pada pelaku pasar bebas.(Didik.S).